Janjiku Kepada Ira #4

Wednesday, 5 October 2016

Janjiku Kepada Ira #4


Ira masih tersengal-sengal ketika kutempelkan penisku di vaginanya. Aku tahu kalau dia tidak akan melawan, pasti sudah kelelahan akibat dua kali orgasme. Dengan bantuan tangan, kujejalkan penisku yang sudah basah masuk ke dalam vaginanya.

Separuh kepala penisku ditelan vaginanya.

“Aaaargh! S-sakit Rif! Sakiit!! Cabut! Jangan diterusin! Aaaarrggghh!!” ,Ira berteriak keras sekali. Matanya terbelalak, tangannya menggapai-gapai meraih penisku, mencoba mencabutnya.

Dengan kedua tanganku yang masih bebas, kutekan bagian sikunya sehingga dia tidak dapat menjangkau penisku. Dengan satu hentakan keras, kujejalkan penisku seluruhnya. Kini seluruh penisku telah masuk. Darah segar mengalir pelan dari bibir vaginanya.

”Aaaaaaaahhhh!!” ,Ira berteriak pilu dan mulai menangis.

Rasanya enak sekali, walaupun sempit, tapi vaginanya hangat dan meremas-remas penisku. Uuuh….nikmatnya. Pelan-pelan kupompa penisku keluar masuk vaginanya.
Kugenjot Ira beberapa menit sampai kemudian kudengar desahan disela isak tangisnya.

”Lama-lama enak kan?” ,tanyaku sambil tersenyum

”Sakit…” ,air matanya mengalir

Beberapa saat kemudian, ketika sudah mulai terbiasa, Ira sudah tidak lagi menangis namun mendesah tidak karuan. Aku tersenyum. Kupompa lagi vaginanya dengan kekuatan penuh.

”Auh…uuh…teruss Rif…cepetin…aaahh…iyaa…disitu…mmhh…teruss..” ,Ira meracau.

Kubalikkan badannya sehingga kini dia telentang dihadapanku. Kugenjot vaginanya dari depan.

”Uuuhh…..enak Ra…aahh…aahh…” ,aku sudah tidak mampu menahan desahan.

”Iyaa…aaahhh…aku juga….uuuhh…enaakk….teruss Riiiff…ooohhh…” ,sahutnya.

Aku tidak merubah posisiku. Aku dan Ira terus bermain pada posisi ini sampai kira-kira 20 menit, hingga mendekati klimaks.

”Kkamu…selesai dapet kapan Ra…?” ,tanyaku sambil menahan nafas

”Tiga…aaaahh…hari yang lalu…aahh…ngghhh…” ,lenguhnya

”Hmff…aku…hampir…sampai….aaahh…ahhh….” ,ujarku

”Aku….uuh…juga…aaahh…”

Penisku berdenyut-denyut.

”Kita…keluar…bareng yaa…” ,kataku

Beberapa detik kemudian, aku rebah dan memeluk tubuhnya dengan erat

”Akuu…..keluaarr…incoming……!!” ,aku mengerang

”Aaaaaaaaahhhhhh…..!” ,jawab Ira dengan jeritan

”Aaaaaarrrrrgggghhhh!!!” ,kami berdua mengerang pada saat yang bersamaan

Croott…crooottt…crooott…spermaku mengalir dengan deras didalam vaginanya.
Pada saat bersamaan, Ira juga mengalami orgasme. Vaginanya meremas penisku dengan kuat, tubuhnya mengejang dan melengkung.

Kami berdua memejamkan mata dengan rapat dan saling berpelukan, menikmati tiap detik sensasi yang kami rasakan. Rasa hangat mengalir keseluruh tubuhku. Tubuhku dan Ira sama-sama bersimbah keringat. Aku melepas pelukan dan membaringkan diri disampingnya

Aku menoleh, kutatap wajahnya yang dipenuhi berbagai macam ekspresi, antara lelah, senang, puas, sedih, dan takut. Semua bercampur jadi satu.

“Kamu udah ngambil virginitasku Rif…jangan tinggalin aku…” Ira berkata sambil menahan tangis

”No matter what happen, even when the sky is falling down, I promise you that I will never let you go. Aku sayang banget sama kamu Ra…makasih ya..” ,ucapku sambil tersenyum, lalu kukecup keningnya.

Ira hanya tersenyum sedih dan menyandarkan kepalanya di dadaku kemudian terlelap. Kupeluk dia dengan penuh kasih sayang. Kutarik selimut hingga sebatas dadaku dan aku pun tidur.

Malam itu, Ira menelpon rumahnya untuk memberitahu bahwa dia sedang menginap dirumah teman ceweknya, padahal dia sedang tiduran denganku di kamar. Ini malam minggu, jadi aku tidak perlu khawatir.

Minggu pagi…

Aku merasa silau karena sinar matahari pagi tepat mengenai mataku. Aku bangun dengan malas. Ketika kulihat kesamping, Ira masih terlelap tanpa pakaian. Spontan ‘adik’ku kaget setengah mati dan melonjak tegang.

”Auh!” ,aku agak berteriak karena merasa ‘adik’ku senut-senut.

”Mmmh…udah pagi ya?” ,Ira terbangun mendengar suaraku.

Sejenak dia mengerjap-ngerjapkan matanya. Kemudian ketika matanya sudah terbiasa, dia terbelalak mendapati dirinya tidak memakai pakaian apapun dan melihatku berbaring disampingnya tanpa mengenakan pakaian.

”Halo Ra! Paa--”

PLAKK!!!!
Satu tamparan sukses mendarat di pipi kananku. Dia buru-buru menutupi tubuhnya dengan selimut.

”Apa-apaan sih?! Pagi-pagi aku udah dianiaya!” ,kataku sebal sambil mengusap-usap bekas tamparannya dipipiku.

Ira tampak bingung. Kemudian setelah melihat sekelilingnya, dia baru sadar.

”Aduh! Maaf Rif! Aku nggak inget kalo semalem aku tidur sama kamu..!” ,ujarnya panik

”Grrrr…!!” ,aku menggeram marah

Ira tampak ketakutan melihat reaksiku. Tangannya agak gemetar.
Segera saja kuterjang dia, aku melompat dan mendarat diatas tubuhnya, kedua tangannya kutahan.

“Kamu ini!” ,geramku, kemudian kucium lehernya dengan lembut.

”Aaahh…maaf Rif…aku…mmmhh….nggak sengaja…hhh…” ,desahnya.

Kugesek-gesekkan penisku di selangkangannya sementara lehernya masih kucium.
Ketika tanganku sudah mulai turun ke buah dadanya, HP ku berbunyi dengan nyaring.
Spontan kuhentikan aktivitas dan kuraih HP ku. Sepintas kulihat raut wajah Ira yang sebal karena merasa terganggu, kemudian ia menarik selimut hingga ke atas kepala..

Cih! Ganggu aja ni orang...
Ada panggilan masuk. Kulihat nama yang tertera di layar HP ku : Rangga.

”Yo Ngga! Kenapa?”

”Dasar! Dari tadi malem aku telpon kamu tapi nggak diangkat!”

“Sori…sori men…kagak denger…! Ada apa?”

”Mau tanya keadaanmu gimana. Katanya sakit, kok ceria gitu?”

”Ah…udah sembuh…makasih…”

”Eh, kita-kita mau pada main nih ikut nggak?”

”Motorku ancur Ngga…mau naik apa?”

”Udaah…kumpul dirumahnya Tama, jam 12 yaa. Bawa baju ganti buat 3 hari.”

“Eeh, tunggu Ngga!”

Belum sempat aku menyelesaikan kata-kata, panggilan sudah diputus oleh Rangga.
Aku mematikan HP dan berjalan ke arah Ira yang meringkuk dibalik selimut.
Aku masuk ke balik selimut, tanganku meraba-raba.

”Iraaaa…..” ,kataku ketika tanganku sudah menemukan apa yang kucari.

”Kenapa? Aaaww…masih pagi udah ngremes-remes susu…geli tau!” ,jawab Ira sambil menyingkap selimut dan mencoba menyingkirkan tanganku dari buah dadanya.
Ira tersenyum, senyum yang manis sekali dan aku merasa nge-fly mengetahui bahwa senyum itu ditujukan padaku.

”Biar deh…hehehe…peluk dong!” ,ucapku dengan manja

”Iih..manja amat sih…” ,ejeknya, tetapi dia tertawa lalu memelukku.

Kami berdua berpelukan dengan mesra. Aku meletakkan kepalaku di dadanya. Terasa kenyal dan hangat. Aku merasa sangat nyaman, kunikmati setiap jengkal kulitnya yang mulus di tubuhku.

”Ssstt…liat sini deh..” ,panggilku

”Hmm?” ,ia menunduk menatap wajahku

Segera saja kucium bibirnya dengan lembut. Bibir kami bertautan cukup lama. Aku melepaskan bibirku dan kutatap matanya. Mata yang tidak berubah, mata yang selalu membuatku terpesona. Ira membuatku benar-benar jatuh cinta padanya. Kami berpelukan lagi.

Setelah membersihkan diri, aku mengantar Ira pulang naik motorku yang satunya.
Kemudian aku langsung menuju ke rumah Tama. Entah kenapa Rangga menelepon tidak jelas seperti itu.

0 comments :

Post a Comment